(Tema: Penduduk, Masyarakat, dan Kebudayaan)
Penduduk indonesia setiap tahunnya semakin bertambah. Nilai pertumbuhan penduduk hampir sama dengan nilai kematian setiap tahunnya. walaupun pemerintah sudah menerapkan sistem keluarga berencana untuk setiap masyarakat indonesia, tetapi nilai pertumbuhan manusia dan kelahiran tetap saja bertambah. tidak hanya jumlah penduduk yang bertambah, perkembangan teknologi di Indonesia juga meningkat dengan pesat. karena modal utama untuk dapat hidup didunia yang sudah modern ini adalah teknologi yang setiap tahunnya tak pernah habis dan semakin baru dan semakin bagus saja. nilai beli barang barang teknologi berbasis smartphone semakin naik saja, sesuai dengan harga barang yang dijual murah yang maningkatkan minat beli para konsumen. tidak hanya orang dewasa, para anak-anak kini sudah sangat handal dalam menjalankan teknologi ini.
Apabila kita melihat sisi baik dari perkembangan teknologi terhadap pertumbuhan anak-anak sangat banyak. namun seperti halnya kutub utara dan selatan, ada sisi positif dan negatifnya perkembangan teknologi terhadap pertumbuhan anak-anak. permainan yang terdapat pada teknologi berbasis smartphone ini semakin lama semakin mengikis popularitas permainan tradisional yang dimiliki oleh masyarakat indonesia. Anak-anak lebih memilih untuk berdiam diri dirumah dengan smartphone dan kabel charger dirumah, bermain dengan permainan didalamnya dibanding harus keluar bermain permainan tradisional diluar bersama dengan anak-anak seusianya.
Ada beberapa faktor penyebab
hilangnya permainan anak tradisional. Beberapa faktor tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Sarana dan tempat bermain tidak ada
Salah satu
faktor yang turut membantu percepatan punahnya permainan tradisional adalah
karena semakin hilangnya lahan-lahan terbuka (lapangan) yang biasa dijadikan
tempat bermain dan berkreasi bagi anak-anak. Lahan terbuka, selain sebagai area
resapan air hujan yang baik juga merupakan faktor kunci lestarinya
permainan-permainan yang menurut sebagian orang sudah usang, disamping itu pula
adanya lapangan sebagai ruang publik mampu mendorong dan menciptakan
kreativitas yang ada dalam lingkungan tersebut. Dari miskinnya lahan bermain
yang tersedia maka akhirnya mereka mencari pilihan permainan yang lain, tentu
saja dalam hal ini adalah rentalan perangkat game yang modern.
2. Adanya penyempitan waktu
Semakin kompleksnya tuntutan zaman
terhadap anak yang semakin membebani menyebabkan mereka sibuk dengan tuntutan
disekolahnya. Dengan banyaknya tugas-tugas sekolah dan tuntutan kurikulum yang
semakin tinggi mengakibatkan waktu mereka tersita. Sehingga mereka lebih
memilih permainan instan yang tidak mengeluarkan banyak tenaga dan bisa
dilakukan di rumah. Sekarang ini banyak anak yang memiliki PS di rumah
masing-masing.
3. terputusnya pewaris budaya yang dilakukan oleh generasi sebelumnya
dimana generasi penerus tidak sempat mencatat, mendata, dan mensosialisasikan sebagai suatu produk budaya masyarakat kepada generasi dibawahnya. budaya instan yang sudah merasuk pada setiap anggota masyarakat sekarang juga memberikan sumbangan hilangnya permainan tradisional. kita sudah terlena dengan budaya cepat saji, yang penting sudah tersedia tanpa harus melalui proses.
4. permainan tradisonal terdesak oleh permainan modern dari luar negeri
dimana permainan luarnegeri tidak memakan tempat, waktu baik siang, pagi, sore, ataupun malam. serta tidak perlu menunggu orang untuk bermain.
Meski permainan modern bisa merangsang kemampuan kognitif anak tapi
pergeseran tradisional ke modern ini dikhawatirkan bisa menumbuhkan
sikap individualis dan malas pada anak. Zaman dahulu, anak-anak sungguh akrab dengan berbagai permainan
konvensional semacam petak umpet, gobak sodor ataupun congklak.
Sekarang, anak-anak justru lebih senang menghabiskan waktu bermain Angry
Birds di depan komputer, ponsel pintar atau tablet. Psikolog anak Seto Mulyadi mengatakan bahwa ‘punahnya' permainan
tradisional anak-anak Indonesia disebabkan oleh terbatasnya fasilitas
yang ada dan lingkungan yang mendukung terjadinya hal tersebut.
“Ruang bermain yang ada sungguh terbatas. Selain itu, kadang-kadang
orangtua sendiri yang memengaruhi anak untuk menganggap bahwa permainan
tradisional itu kuno dan tidak menarik lagi,” ucap lelaki yang akrab
disapa Kak Seto ini.
Seto pun menambahkan, kelemahan dari game modern yang ada saat ini
adalah berpeluang mendorong anak menjadi individualistis karena
cenderung sibuk dengan dirinya sendiri. Kecerdasan kognitif anak memang berkembang pesat, tapi secara moral dan
spiritualnya kurang. Kecerdasan motorik juga bisa terkena imbasnya
karena anak menjadi malas berkeringat. Bila begitu, risiko obesitas pun
dapat menghampiri. Melihat hal ini, Irma Gustiana, psikolog anak dari Lembaga Psikologi
Terapan UI Salemba mengatakan anak-anak harus bisa memperbanyak
stimulasi sosial dengan teman sebayanya, yang melibatkan diskusi
kerjasama dan kegiatan fisik yang terarah.
“Selain itu, pikirkan dengan matang sebelum memberikan fasilitas alat
elektronik pada anak, terutama terkait dengan perkembangan mentalnya
seperti menjadi lebih soliter, anti-sosial, malas bergerak, atau hanya
terpaku pada teman-teman dunia maya di situs jejaring sosial,” jelas
Irma.
menurut saya, permainan berteknologi memang sangat penuh dengan edukasi. tetapi jauh lebih baik jika seorang anak diajarkan juga untuk bermain permainan tradisional agar anak dapat bersosialisasi dengan anak lainnya dilingkungan sekitar.
DAFTAR PUSTAKA :
https://www.beritasatu.com/keluarga/61691-hilangnya-permainan-tradisional-anak-dikhawatirkan-tumbuhkan-sikap-malas-dan-individual.html
http://pcillopmom.blogspot.co.id/2013/05/permainan-tradisional-bukan-permainan.html